Jumat, 02 November 2012

Mimpi Desi

Oh Tuhan, kenapa semuanya begitu cepat. Kenapa kau sudah mengambil dia dari sisiku. Padahal dia sangat berharga dalam hidupku. Dia yang selalu menghiburku dikala aku sedang sedih. Selalu memberi solusi dari semua masalah yang menerpaku. Kini, siapa yang akan melakukan itu semua.
Tya masih tak percaya dengan semua yang baru saja ia alami. Air mata terus mengalir di kedua pipinya. Sedari tadi ia mendekap sebuah foto dalam dadanya. Sesekali ia memandangi foto itu. Tapi, setelah memandang foto tersebut air mta semakin mengalir dengan derasnya.
“Des, kenapa lo secepat ini ninggalin gue. Lo nggak kasihan apa ama gue. Lihat sekarang, Siapa yang akan menghibur gue kalo gue sedang sedih, Siapa yang akan ngasih solusi ke gue, Siapa yang akan ngasih gue kata-kata penyemangat. Nggak ada, Gue nggak bisa nemuin orang sebaik lo.” Ucap Tya tersedu-sedu sambil memandang foto Desi.
Sesekali Tya menyeka air mata yang mengalir di pipinya. “Lo itu sahabat terbaik gue. Tapi kenapa disaat kita udah sangat dekat lo pergi gitu aja. Oh Tuhan, ini semua nggak adil. Kenapa harus Oka, kenapa nggak orang lain saja.” Lanjut Tya.
Kini malam semakin larut, tapi Tya tidak memiliki kemampuan untuk berpindah posisi dari tempat duduknya. Tya hanya memandang kosong ke arah rembulan yang diselimuti oleh awan hitam tipis. Cuaca malam ini sesuai dengan sauna hatinya yang sedih. Gelap, kelam, dan mendung.
Pikiran Tya pun menerawang kememori 4 bulan yang lalu. Dimana dia dan Desi duduk di balkon kamarnya. Memandang indahnya rembulan yang menerangi malam.
****
“Tya, lo liat nggak bintang itu.” Ucap Desi sambil menujuk sebuah bintang yang bersinar terang diantara bintang-bintang yang lain.
“Ehm, iya emangnya kenapa?” jawab Tya yang duduk di samping Desi sambil membaca sebuah novel.
“Bintang itu mimpi gue. Gue udah ngebulatin tekad buat ngewujudin mimpi gue.” Jawab Desi dengan mata berbinar-binar.
“Emang mimpi lo apa?” Tanya Tya sembari menutup novel yang tadi ia baca.
“Sebelumnya lo boleh deh ngatain mimpi gue ketinggian kayak bintang itu. Lo boleh deh ketawa sepuasnya kalo perlu. Tapi yang jelas gue mau ngewujudin mimpi gue.”
“Mimpi lo apaan sih kok sampe takut gue ketawain?”
“Gue ingin….. eh kalo lo punya kesempatan pergi keluar negeri negara mana yang lo pilih?”
“Ye, ditanya malah nanya. Emang kenapa sih jadi penasaran gue ama mimpi lo.”
“Ah udalah bro, jawab aja pertanyaanku tadi. Gue cuma pengen tau itu dulu dari lo, baru gue kasih tau apa mimpi gue.”
“Hem, Ribet amat. Ya udah gue jawab. Kalo punya kesempatan gue pengen ke Amerika, puas.”
“Kalo gue pengen ke Jepang. Itu mimpi gue. Dapat mengunjungi negara itu. Gue pengen ngerasain musim dingin, musim panas, musim semi, dan musim gugur di Jepang. Entah gue nanti di Jepang kerja, kuliah atau sekedar liburan. Pokoknya gue pengen nginjakin kaki di Jepang.” Jelas Desi dengan tersenyum.
“Jadi itu yang ngebuat lo takut gue ketawain.” Tanya Tya. Desi hanya menjawab dengan anggukan pelan. “Andaikan lo kuliahnya di Indonesia, universitas mana yang lo pilih.” Tanya Tya kepada Desi.
“Gue pengen ke universitas yang ada di Malang. Lo sendiri mau kemana? Tetap stay di Surabaya atau nyari universitas diluar kota?”
“Sama kayak lo. Gue pengen masuk universitas yang ada di Malang.”
“Wah jadi kita masih punya kemungkinan kuliah di universitas yang sama walaupun beda fakultas.”
“Semoga aja iya.” Jawab Tya dengan nada sedih.
“Loh lo kok bilang gitu sih?”
“Kan lo tadi bilang pengen ke Jepang.”
“Iya bro, gue emang pengen ke Jepang. Tapi bukan berarti gue harus dan wajib kuliah di Jepang. Lagian kalo tau kita bisa satu universitas, nggak akan gue sia-siain. SMA kita uda beda sekolah, Jarang ketemu juga. Nah kalo kita satu universitas, kita bisa ngekos bareng. Iya nggak bro.”
“Bener juga tuh.”
“Kalo gitu gue pulang dulu, gue mau persiapin semuanya biar gue bisa satu universitas ama lo.”
“Loh udah mau pulang nggak nginap disini aja?”
“Minggu depan udah ujian sob. Jadi, acara nginapnya setelah ujian aja ya. Gue mau kerja ekstra.”
“Ok. Sampe ketemu dua mingu lagi.”
****
Hangatnya mentari pagi membuat Tya terbangun dari tidurnya. Ternyata kemarin malam ia tertidur di lantai balkon kamarnya. Ia kemudian berjalan menuju kamar mandi untuk membasuh mukanya.
“Ternyata hari ini gue ulang tahun.” Ucap Tya ketika melihat kalender yang telah ia lingkari. “Nggak akan lagi ada kejutan dari lo. Gue nggak akan lagi nerima sesuatu yang menyenangin di ultah gue. Lo nggak sama ama temen gue lainnya. Lo selalu nyenangin gue disaat temen gue buat gue kesel dan ngerjain gue di ultah gue. Desi, kenapa lo pergi nggak nunggu gue ultah.” Ucap Tya sembari memegangi foto Desi.
Beberapa saat suasana kamar Tya hening. Yang terdengar hanya desahan nafasnya. Keheningan pecah ketika seseorang mengetuk pintu kamar Tya.
“Tya, ada tamu untukmu. Ayo keluar. Dari kemarin siang kamu belum keluar kamar. Mau sampai kapan kamu mengurung diri di kamar? Sudah ikhlaskan saja kepergian Desi. Dia sudah tenang di alam sana. Jangan kau buat dia susah.” Suara Lasmi ibunda Tya terdengar dari luar. “Ayo nak, buka pintunya. Tamumu ini membawakan sesuatu yang mungkin kamu tunggu sejak bangun tidur tadi.”
Mendengar rayuan ibundanya, Tya pun menurut. Ia mulai membuka pintu kamarnya. Lasmi langsung menuntun Tya menuju ruang tamu. Di ruang tamu, terlihat seorang laki-laki yang wajahnya sudah familiar untuk Tya.
“Kevin.” Ucap Tya kaget.
“Kak Tya. Kakak sudah mau keluar dari kamar rupanya.”
“Ngapain lo kesini?” Tanya Tya.
“Oh, gue ke sini cuma mau ngejalanin wasiat dari kak Desi.”
“Desi.” Mendengar nama itu, hati Tya bergetar. Rasanya air mtanya ingin tumpah lagi.
“Sebelumnya, Happy Birthday ya kak. Aku kesini cuma mau ngasih ini.” Ucap Kevin ketika menyerahkan sebuah kotak besar yang terbungkus rapi dengan kertas kado. “Titipan untuk kakak sebelum kak Desi meningggal.” Ucap Kevin.
“Kak Tya jangan terlalu bersedih atas kepergian Kak Desi. Kita semua orang-orang disekirtarnya juga sedih dengan kepergiannya. Tapi, sebelum meninggal Kak Desi berpesan padaku untuk menghapus semua air mata yang keluar karena kepergiannya. Dia nggak mau orang lain bersedih ketika dia pergi. Jadi Kak, jangan bersedih lagi.”
“Makasih ya Kev, mulai sekarang gue nggak akan bersedih lagi.”
“Nah gitu dong. Oh ya, kemarin ada kiriman surat untuk Kak Desi.” Ucap Kevin seraya mengeluarkan sebuah amplop coklat dari tasnnya. “Dari Kedubes Jepang.”
“Apa isinya?”
“Kak Desi mendapat beasiswa S1 di Jepang. Tapi, semua mimpinya kini telah kandas di tengah jalan. Aku ingin sekali melanjutkan mimpi kak Desi. Aku ingin memperoleh sebuah beasiswa ke Jepang dan menjadi seorang fotografer ternama.”
“Mimpimu bagus sekali. Desi pasti bangga punya adik sepertimu.” Ucap Tya sambil memasang seulas senyum lebar.
****
Tangan Tya gemetaran ketika membuka kertas kado yang membungkus kotak besar yang ada di depannya. Kertas kado bergambar Angry Bird itu perlahan-lahan mulai terpisah dari sebuah kardus bekas air mineral. Ya, Tya melihat dengan jelas bahwa kotak itu adalah sebuah kardus bekas.
“Ka, kenapa lo masih susah-susah nyiapin ini buat gue. Gue semakin nggak rela ngelepas kepergian lo dari kehidupan gue.”
Tangan Tya mulai membuka kardus tersebut. Tya terperanjat kaget ketika melihat isinya. Sebuah boneka Teddy Bear bewarna pink, sebuah jam tangan, sebuah kalung yang liontinnya bertuliskan “Tya”, sebuah buku diary, sebuah buku yang sampulnya tertulis “Mozaik Persahabatan”, dan sepucuk surat dalam amplop pink.
“Desi, kenapa harus sebanyak ini. Gue nggak bisa ngebayangin gimana repotnya lo nyiapin semua ini.” Tangan Tya mulai membuka amplop pink yang sudah berada di genggamannya. Tya pun mulai membaca isi dari surat tersebut.

Dear Tya,
Happy Birthday kawan. Semoga dengan bertambahnya umurmu, bertambah pula kedewasaanmu. Kamu bisa membanggakan kedua orangtuamu. Kamu bisa mewujudkan cita-citamu. Dan, kamu bisa mewujudkan mimpimu untuk terbang ke Amerika.
Tya, maafkan aku. Maaf karena aku tak pernah memberitahukan penyakitku padamu. Sebenarnya, malam itu, malam terakhir aku ketemu kamu, penyakitku semakin menjadi-jadi. Jadi aku putuskan untuk menyiapkan kado untukmu lebih awal. Maaf jika tak ada kue di saat kamu bangun tidur. Maaf jika yang aku beri ini tak sesuai dari harapan kamu. Maaf juga kalo kamu merasa barang yang aku beri ini terlalu banyak atau apalah.
Tapi, setiap barang yang aku beri ini, memiliki makna dan peranan tersendiri. Kau lihat boneka itu, bayangkan jika kau melihat boneka itu kau sedang melihat sosok diriku. Ada sebuah kalung yang tergantung di leher boneka itu. Baca kalimat yang ada di liontinnya. Anggap saja ketika kamu membacanya, berarti aku sedang memanggil namamu. Ada juga sebuah jam tangan berwarna biru tua yang berada di tangan boneka itu. Jika kau memakai jam tangan itu, anggap saja kamu sedang melewati waktu-waktu indah bersamaku.
Sengaja aku memberimu sebuah buku diary, maknanya apa? Agar ketika kamu butuh teman curhat, kamu bisa curhat ke aku lewat buku itu. Oh aku hampir lupa. Ada sebuah buku yang aku buat dengan tanganku sendiri. Aku kasih nama “Mozaik Persahabatan”. Jika kau sudah sangat rindu padaku, buka saja buku itu. Didalamnya juga sudah aku sisipkan beberapa kata-kata mutiara yang membangkitkan semangatmu seperti yang biasa kamu minta.
Tya, aku berpesan padamu satu hal. Apa kau ingin menyenangkan hatiku, kalau iya aku mohon satu hal padamu. Mungkin ketika kamu membaca surat ini aku udah nggak ada di dunia ini. Jadi, untuk membahagiakan aku terus tersenyumlah.
Ketika kamu sedih atau punya masalah, jangan sampai tenggelam dalam kesedihan atau masalahmu tersebut, segeralah bangkit dan berikan aku senyum termanismu seperti biasanya.
Dan jika sekarang kamu menangis, usap air matamu dan tersenyumlah. Aku tak mau melihat kamu cemberut dan bahkan menangis. Apapun dan bagaimanapun suasana hatimu, cobalah untuk selalu tersenyum. Jangan lupa jaga kesehatan. Makanlah dengan teratur, jangan tidur terlalu malam.
Walaupun kini kita sudah tak lagi bersama, ingatlah bahwa kita ini masih sahabat. Sahabat nggak akan pernah terpisahkan oleh apapun jua. Behkan kematian sekalipun. Dan semoga nanti, kau bisa menemukan seseorang yang bisa membuatmu bahagia.
Aku rasa cukup sampai disini surat terakhir dariku. Apapun yang terjadi teruslah bermimpi. Masa depanmu masih panjang dan kamu masih punya banyak kesempatan untuk menjadi apapun yang kamu mau.Jangan pernah menyerah pada masalah. Teruslah berjuang dan jadilah pemenang. Kamu harus kuat.

                                                                                                          Salam Hangat

                                                                                                         
                                                                                                          Desi Stevany

Tya menangis terharu ketika membaca surat dari Desi. Ia tak percaya bahwa sahabatnya itu masih sempat membuatkan kejutan seperti ini ketika dia sedang bertarung melawan penyakitnya. Ya walaupun Desi sudah kalah telak dari kanker otak itu. Tapi, Tya telah menerima kejutan terbesar dari Desi. Kejutan terakhir dari sahabat tercinta.
****
Tya mulai berjalan menyusuri taman kota yang lumayan sejuk. Tya mulai duduk di sebuah bangku taman bersebelahan dengan seorang wanita parubaya.
Tya mulai membuka buku “Mozaik Persahabatan” buatan Oka. Hampir tiap hari Tya membuka buku ini, sampai-sampai beberapa halaman sudah terlipat. Kemudian, Tya mulai mengeluarkan buku diary pemberian Oka.
“Nggak kerasa udah 6 tahun lo ninggalin gue Des.” Ucap Tya sembari menorehkan tinta diatas buku diary pemberian Desi.

Dear Desi,

Hai Desi, bagaimana kabarmu di alam sana? Aku harap kau baik-baik saja. Desi, kau pasti tak percaya sedang dimana aku sekarang. New York Des, Amerika. Aku berhasil mewujudkan impianku. Setelah lulus S1 di Malang, aku mencoba buat melamar kerja ke perusahaan di luar negeri.
Dan menakjubkan, aku ketrima di salah satu perusahaan terbesar di Amerika. Kamu tau aku ada di bagian apa? Aku masih tak percaya kalo aku menempati posisi Manager keuangan di perusahaan ini. Bayangakan Des, Manager.
Oh ya Des. Hari ini aku ulang tahun. Aku kembali membuka Mozaik Persahabatan darimu. Entah kenapa aku lupa kalo hari ini aku ulang tahun. Apa karena aku sudah tak sabar ingin cerita denganmu?
Ah tapi yang jelas aku sudah mewujudkan impianku. Eh dan satu lagi Des, minggu depan aku dapat tugas dari kantor untuk ikut meeting dengan client di Jepang. Jepang Des, aku akan mewujudkan impianmu yang sudah kandas di tengah jalan.
Tapi, Kevin adikmu, sudah mewujudkan impianmu. Ia sekarang sudah berada di Jepang. Setelah melewati banyak perjuangan, akhirnya dia bisa mendapatkan beasiswa ke Jepang. Dan aku dengar bahwa dia sekarang sudah menjadi seorang fotografer model terkenal.
Mimpi kami semua sudah kami wujudkan Des. Sekarang kamu pasti senang mendengar ini semua. Orang-orang kesayanganmu sudah mencapai kesuksesannya.
Terima kasih Des, atas saranmu. Sekarang aku bisa menghadapi semua masalahku dengan mudah. Tak lupa aku selalu tersenyum demi kebahagianmu di alam sana.
Sampai disini dulu ya Des ceritaku. Kapan-kapan kita sambung lagi. Jangan bosan ya mendengar ceritaku.

                                                                                                          Salam Hangat


                                                                                                          Tya Alexandria



Tidak ada komentar:

Posting Komentar